Rabu, 15 Desember 2010

“Terbang di bawah radar”

Ditulis Oleh: Bepe, waktu: 10 December 2010, pada kategori:Umum
 
Sehari setelah pertandingan melawan Thailand, saya sempat menulis di akun twitter saya seperti berikut:
“@bepe20: Semalam, secara fisik saya masih merasa bugar.. Akan tetapi dua pinalty itu, secara psykologis membuat emosi saya terkuras habis tidak tersisa..”
Seharusnya, mengingat apapun hasil dari pertandingan tersebut Indonesia tetap melaju ke semifinal dengan status juara group, komentar saya diatas memang terkesan berlebihan. Akan tetapi jika di lihat dari tekanan masyarakat selama ini yg begitu hebat terhadap diri saya, maka hal tersebut menjadi sangat wajar..
Saat itu, saya tidak hanya berhadapan dengan Shintaweecai (Kiper Thailand), akan tetapi saya juga harus berhadapan dengan masyarakat yg meragukan kapasitas saya sebagi pemain nasional. Apalagi mengingat saat pinalty itu terjadi, Indonesia dalam posisi tertinggal 0:1 dari Thailand, maka saat itu saya juga membawa asa dari seluruh pendukung merah putih, yg sangat berkeinginan mengakhiri rekor kekalahan selama 12 th dari negeri gajah putih tersebut..
Dan secara jujur saya katakan, jika saat itu saya dalam keadaan sangat terkekan dan tegang, miungkin dapat terlihat ketika saya beberapa kali menarik nafas panjang dan mengusap wajah saya sebelum mengeksekusi tendangan tersebut. Dapat anda sekalian bayangkan jika saat itu saya gagal mengeksekusi tendangan 12 pas tersebut, kira-kira apa yg akan tertulis di media masa keesokan harinya..??  Dan apa kira-kira komentar masyarakat yg selama ini tidak menyukai saya..?? Saya yakin mereka pasti akan semakin mengubur saya lebih dalam lagi hehehe..
Arrgghh,, tetapi sudahlah, mari kita tinggalkan peristiwa pinalty dan segala beban yg saya rasakan saat itu. Pada kesempatan kali ini, saya lebih tertarik membahas kejadian setelah pertandingan Indonesia Vs Thailand tersebut usai. Yaitu saat saya tidak berkomentar sedikitpun kepada rekan-rekan wartawan di area mixed zone stadion utama Gelora Bung Karno..
Hampir semua wartawan menilai saya sebagai pribadi yg sombong bahkan arogan, secara pribadi saya sama sekali tidak menyalahkan mereka mengenai komentar tersebut. Akan tetapi bukankah memang selama bertahun-tahun saya tidak pernah berkomentar di area mixed zone..?? Bukankah mereka sudah tau, jika saya lebih nyaman berkomentar di konferensi pers resmi atau melalui situs pribadi saya..?? Oleh karena itu dalam pandangan saya, apa yg saya lakukan saat itu bukanlah hal yg baru dan seharusnya juga bukan menjadi hal yg aneh…
Mereka (rekan-rekan wartawan) berhak menilai apapun mengenai hal tersebut. Akan tetapi sebagai pribadi, tentu saya mempunyai alasan yg kuat mengapa saya berlaku demikian. Maka melalui artikel ini, saya akan sedikit berbagi cerita mengenai hal-hal yg membuat saya menjadi lebih berhati-hati dalam menghadapi rekan-rekan wartawan. Bukan anti terhadap wartawan, akan tetapi sekali lagi lebih berhati-hati..
Dan sekarang, saya akan mulai bercerita:
“I do my job on the pitch, the journalist do theirs by asking me quesions. But sometimes the most awaited moment is when i didn’t play so well, and that makes me upset. That’s why i have my own way to communicate with them, to make a good will between us”
Ketika saya berbicara dengan wartawan, saya selalu berusaha memberikan diri saya seutuhnya. Saya berusaha menyampaikan secara jujur dan apa adanya tentang pendapat dan jawaban-jawaban saya (Terkadang terlalu jujur malah) dan hal tersebut membutuhkan energi dan keberanian, iya membutuhkan energi yg tidak sedikit..
Akan tetapi pada kenyataannya, hal tersebut malah membuat saya membuang-buang waktu dan energi dua kali. Pertama saat saya berbicara kepada mereka dan kemudian saat saya membaca hasil dari wawancara tersebut keesokan harinya. Karena akan selalu ada hal yg tidak sama, antara apa yg saya sampaikan dengan apa yg mereka tulis, dan sejujurnya itu sangat mengecewakan…
Seperti yg pernah saya sampaikan dalam artikel saya (Kita memiliki kekuatan baru : 2010) -  ”Di belahan dunia manapun dan dalam profesi apapun, akan selalu ada sedikit ruang diantara para wartawan dan nara sumbernya yg tidak dapat terisi dengan baik”. Sebuah keadaaan yg tidak akan pernah dapat di selesaikan menurut saya, hal yg mampu kita lakukan hanyalah mempersempit ruangan tersebut, akan tetapi tidak untuk menghilangkannya..
Sejujurnya, saya hanya menginginkan sebuah kerjasama yg “Fair” dengan rekan-rekan wartawan, sebuah kerjasama yg tidak menguntungkan salah satu pihak dan juga sebuah kerjasama yg tidak merugikan salah satu pihak. Karena sejatinya tidak akan pernah ada sebuah kerjasama yg saling menguntungkan antara wartawan dan narasumbernya…
Yang saya maksut dengan kerjasama yg “Fair” adalah. Ketika saya melakukan kesalahan atau hal yg negatif, maka seranglah saya secara terbuka, arahkan saja moncong senapan anda kepada saya dan mulailah menembak. Akan tetapi ketika saya melakukan hal yg baik atau positif, maka sudah selayaknya saya juga mendapatkan apresiasi yg baik. Secara pribadi, saya juga tidak ingin selalu di beritakan dalam hal-hal yg positif saja, karena hal tersebut malah akan membuat saya tidak dapat mengontrol diri..
Dalam setiap profesi, saya yakin jika kita terikat dengan sebuah etika dalam bekerja, sebuah etika yg sudah seharusnya kita sama-sama patuhi dan jalankan sepenuh hati. Dan saya rasa kurang bijaksana, jika kita menulis atau menilai seseorang hanya karena faktor suka dan tidak suka tanpa mengenal betul si narasumber, karena menurut saya hal tersebut melanggar etika jurnalisme..
Seperti yg anda sekalian ketahui, saya adalah seseorang yg sangat suka menulis. Jika anda perhatikan, saya bukanlah pribadi yg anti terhadap kritik, bahkan dalam beberapa artikel saya, saya mengkritisi diri saya sendiri, ketika saya rasa ada hal yg salah mengenai diri saya. Akan tetapi di sisi lain, saya juga tidak jarang memuji diri saya sendiri, ketika saya rasa ada hal positif yg saya lakukan. Itu saya lakukan untuk membentuk karakter pribadi saya sendiri…
Dalam beberapa tulisan, saya juga mengkritik pak Nurdin Halid, pak Andi Darussalam Tabusalla atau bahkan PSSI. Akan tetapi hal tersebut saya lakukan secara “Fair” atas nama pelaku sepakbola yg ingin dunia persepakbolaan Indonesia lebih baik lagi, bukan karena rasa suka atau tidak suka terhadap pribadi orang-orang tersebut…
Sejujurnya saya kagum dengan sosok seorang Irfan Bachdim, yg dalam pendapat saya mampu memposisikan dirinya seperti David Beckham kepada para penggemar dan wartawan. Irfan selalu mampu tersenyum kepada semua orang, melayani setiap wawancara dan terlihat sangat nyaman dalam melakukan hal-hal tersebut. Saya tau itu membutuhkan energi yg tidak sedikit, dan Irfan mampu melakukan itu, anak itu sangat luar biasa dimata saya..
Sedangkan saya sendiri, eeehhhmm,, Bambang Pamungkas lebih memilih jalan terjal dan berliku dalam berhubungan dengan wartawan, saya lebih memposisikan diri saya sebagai Paul “Gazza” Gascoigne di mata para jurnalis. Sebuah pribadi yg menjengkelkan, membuat kening berkernyit, menentang arus dan memancing cacian serta makian. Akan tetapi setidaknya saya tidak sedang membohongi diri saya sendiri, saya hanya ingin berlaku jujur terhadap hati dan perasaan saya..
Jika boleh saya mengibaratkan karakter saya dengan sebuah genre musik, maka Bambang Pamungkas di atas lapangan adalah sebuah musik keroncong, dengan ritme yg tenang, bersinergi, mengalun lembut dan menghanyutkan. Sedangkan Bambang pamungkas di luar lapangan lebih menyerupai genre musik Rap dan Hip-Hop, dimana penuh dengan gejolak, berapi-api serta menggebu-gebu dalam menjalani hidup, mengejar mimpi dan mengungkapkan pendapat serta pikirannya. “I am not a critizicing machine, i just a realistic man who says what i thinks” ..
Hal tersebut yg terkadang membuat mulut saya tidak cukup mampu mengejawantahkan apa yg ada dalam benak serta pikiran saya. Saya merasa, jari-jemari saya (Melalui tulisan) lebih mampu megungkapkan perasaan dan gejolak hati saya secara lebih bermotif, terperinci serta tersusun dengan rapi…
“That’s why i prefer writing on my personal website as i can express an open and honest view of any subject, without any hesitation that might couse a public misunderstanding”
Maka biarlah mereka para pemain muda yg angkat bicara. Sedangkan saya , ijinkan tetap dengan cara yg selama ini saya lakukan, yaitu “Terbang di bawah radar”. Saya merasa sangat nyaman dengan cara saya tersebut. Karena cara itu, membuat saya tidak terbang terlalu tinggi hingga menyentuh awan (Besar kepala) dan tentunya membuat saya lebih dekat dengan bumi (Tetap dapat mengontrol diri). Sehingga, ketika suatu saat nanti saya harus mendarat (Berhenti bermain sepakbola), maka semuanya akan berjalan dengan lebih mudah, lebih halus dan lebih tenang..

Minggu, 05 Desember 2010

IRFAN BACHDIM: SI BULE YANG DIGILAI WANITA INDONESIA

Irfan Bachdim (lahir di Amsterdam, 11 Agustus 1998; umur 22 tahun) merupakan pemain sepak bola Indonesia keturunan Belanda[1], ia adalah pemain hasil naturalisasi yang dilakukan oleh PSSI bersama dengan Christian Gonzalez agar dapat memperkuat timnas Indonesia. Saat ini ia memperkuat Persema Malang di Liga Super Indonesia. Ia direkrut Pelatih Persema Timo Scheunemann bersama Kim Jefri Kurniawan. Pelatih Persema Malang itu tertarik ketika Irfan dan pemain muda berbakat Indonesia lainnya bermain di laga amal untuk tokoh sepakbola Lucky Acub Zaenal di Stadion Gajayana, Malang. Irfan sempat hampir membela tim sepak bola U-23 Indonesia di Asian Games 2006 - Qatar. Sayang, dia harus absen dari turnamen tersebut karena menderita cedera. Pada Bulan Juli 2009 dia ditransfer tanpa biaya ke klub HFC Haarlem.
Dalam bermain ia bisa menempati berbagai posisi, ia dapat menempati posisi striker, gelandang maupun sayap. Irfan mengikuti jejak ayahnya, Noval Bachdim yang sebagai pemain Persema Malang di era 80-an. Keluarga besar dari ayahnya kini masih tinggal di Lawang, Kabupaten Malang. Irfan saat ini tergabung dalam timnas Indonesia asuhan Alfred Riedl untuk Piala AFF 2010. Debut pertama bersama timnas Indonesia ia awali ketika timnas menang 6-0 di laga persahabatan melawan Timor Leste, di Palembang pada 21 November 2010.
Penampilan pertamanya bersama Timnas dalam turnamen resmi terjadi pada 1 Desember 2010, saat Indonesia mengalahkan Malaysia 5-1 di Gelora Bung Karno pada ajang AFF 2010. Irfan sendiri mencetak 1 gol dalam pertandingan tersebut.
























INDONESIA HANCURKAN LAOS 6-0

Indonesia melanjutkan performanya yang fantastis dengan pesta gol di arena Piala AFF. Setelah pada laga perdana, Rabu (1/12/10) membantai Malaysia 5-1, kini tim besutan Alfred Riedl tersebut mencukur Laos 6-0, pada laga kedua penyisihan Grup A, Sabtu (4/12/10) di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta.

Kemenangan ini menempatkan Indonesia di puncak klasemen sementara dengan raihan 6 poin, sekaligus menyegel tiket ke semifinal, meskipun masih menyisakan satu laga melawan Thailand, Selasa (7/12/10). Duel tersebut tak lagi memengaruhi langkah Indonesia ke babak empat besar, untuk bertemu runner-up Grup B.

Dua kesuksesan Indonesia ini tentu saja prestasi yang sangat menjanjikan dan patut diapresiasi seluruh pecinta sepak bola di Tanah Air. Bagaimana tidak, dalam dua pertandingan saja, Firman Utina dan kawan-kawan berhasil mendulang 11 gol dan hanya kebobolan 1 kali. Sebuah hasil yang menunjukkan, pasukan "Garuda" sedang lapar gol dan siap mencakar siapa pun lawannya.

Dan, kemenangan telak atas Laos ini juga menjadi sebuah balas dendam yang sempurna. Kekalahan 0-2 dari negara tersebut di arena SEA Games Laos 2009, bisa dibayar dengan enam gol di Stadion Gelora Bung Karno.

Dalam pesta gol ini, Firman dua kali menjebol gawang Laos pada menit ke-27 dan 49. Empat gol lainnya disumbang oleh M Ridwan (35), Irfan Bachdim (61), Arif Suyono (74) dan Oktavianus Maniani (80).

Tak seperti ketika melawna Thailand, di mana mereka bisa menahan imbang raksasa sepak bola Asia Tenggara tersebut dengan skor 2-2, kali ini Laos tak berkutik. Sejak peluit kick-off berbunyi, tim besutan David Booth tersebut selalu mendapat tekanan.

Laos hanya memiliki sebuah peluang emas pada menit kesembilan. Sayang, bola tendangan Kaysone Soukhavong dari luar kotak penalti hanya membentur mistar gawang. Padahal, Markus Horison sudah tak bereaksi dan mengira bola keluar.

Namun setelah itu, kendali permainan berada di tangan Indonesia. Variasi serangan yang dibangun dari berbagai sektor, membuat barisan belakang Laos harus jatuh-bangun untuk mengamankan gawang mereka yang dikawal Sengphachan Bounthisanh.

Serangan bergelombang yang dibangun, baru membuahkan hasil pada menit ke-27. Aksi individu Christian Gonzalez harus dihentikan dengan cara menjegalnya di dalam kotak penalti.

Wasit pun mengganjar bek Laos Saynakhonevieng Phommapanya dengan kartu kuning, serta memberikan hadiah penalti. Firman, yang dipercaya sebagai algoju, sukses mengeksekusi tendangan 12 pas tersebut.

Pada menit ke-35, giliran M Ridwan yang menjebol gawang Laos. Kali ini, Ridwan menampilkan aksi menawan karena melewati tiga pemain Laos, termasuk penjaga gawang, sebelum melepaskan tendangan. Bola yang mengenai kaki pemain belakang Laos, mengarah ke gawang yang tak terkawal lagi, membuat Indonesia mengakhiri babak pertama dengan skor 2-0.

Usai jeda, pesta gol berlanjut. Ketika duel baru berlangsung empat menit, Firman mencetak gol keduanya dalam laga ini, dengan tendangan dari dalam kotak penalti. Bola bersarang di pojok kanan bawah gawang.

Setelah itu, giliran Bachdim yang menyumbang gol. Pemain keturunan Belanda tersebut memperlihatkan skill individunya ketika menceploskan bola ke pojok kiri bawah gawang, setelah menusuk dari tengah lapangan untuk menyambut umpan terobosan Gonzalez.

Tak puas dengan keunggulan 4-0, Indonesia terus bermain agresif. Dua gol tambahan pun bisa disarangkan dalam tempo enam menit, yang dilakukan Arif Suyono pada menit ke-74 dan Oktavianus Maniani di menit ke-80.

Sabtu, 06 November 2010

PSSI TAKUT DIBILANG PECUNDANG

Imam arif menduga bahwa restrukturisasi organisasi dan susunan personalia yang terjadi di Badan Tim Nasional (BTN) karena ada pihak-pihak yang tidak ingin BTN sukses. Namun, Iman mengaku yakin, Ketua BTN, Nirwan D Bakrie, bakal mendukung terobosan-terobosan yang telah dibuatnya selama ini.

"Saya enggak tahu motif di belakang keputusan ini. Tekanan kepada BTN memang mulai terasa dalam dua pekan terakhir. Saya pikir ada elemen-elemen tertentu yang enggak mau BTN sukses," kata Iman kepada Kompas.com, Sabtu (6/11/2010).

PSSI secara tiba-tiba melakukan restrukturisasi organisasi dan susunan personalia BTN. Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, mencabut surat keputusan nomor: KEP/71/X/2010 tanggal 7 Juli 2010 tentang struktur organisasi dan susunan personalia BTN 2010-2014.

Berdasarkan surat SKEP/88/NH/X/2010, Nurdin Halid, menggeser Iman dari posisi ketua BTN menjadi Deputi Bidang Teknis. Sementara kursi ketua diduduki oleh Wakil Ketua Umum PSSI, Nirwan D Bakrie. Keputusan ini cukup kontroversial karena Iman praktis baru menduduki jabatan sebagai Ketua BTN selama kurang lebih empat bulan.

Iman menduga bahwa keputusan tersebut tak terlepas dari adanya pihak-pihak yang khawatir dengan terobosan-terobosan yang dilakukan BTN selama ini. "Sistem yang saya terapkan berjalan cepat seperti naturalisasi dan mengundang tim besar seperti Uruguay. Saya melakukan semuanya karena memang enggak ada kepentingan. PSSI mungkin merasa terjebak selama tujuh tahun tidak berbuat apa-apa," tukasnya.

Lebih lanjut, Iman mengaku, keputusan PSSI tersebut tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap wewenangnya di BTN. Ia pun yakin, Nirwan akan mendukung program yang telah dirancangnya. "Saya enggak cari duit di sini. Saya masih memiliki IFA (Indonesia Football Academy) dan SSI Arsenal. Saya hanya ingin melakukan tugas dengan baik sebagai Ketua BTN. Saya siap-siap saja untuk dicopot. Namun, buktinya saya masih ada di dalam struktur. Saya pikir masuknya Nirwan untuk menyelamatkan BTN dan saya yakin Nirwan mendukung program yang sudah dirancang. Jadi enggak masalah dengan keputusan ini," tegasnya.
Sejumlah kalangan memang menilai keputusan PSSI melakukan restrukturisasi sarat kepentingan. Apalagi, Iman terkenal sosok yang kerap berseberangan dengan PSSI. Ia beberapa kali berkoar-koar mengenai pentingnya pembinaan usia muda, soal klub di Indonesia yang tidak memiliki akademi, dan kebijakan setiap klub yang menggunakan enam pemain asing sehingga pemain-pemain lokal tidak mendapatkan jam terbang yang cukup.

skuad Indonesia di AFF 2010

Badan Tim Nasional (BTN) resmi meliris 25 nama pemain yang akan mengikuti pelatnas terakhir yang akan digelar pada 8 November 2010. Dari 25 daftar pemain tersebut, ada beberapa nama baru seperti pemain keturunan asal Belanda Irfan Bachdim dan Christian Gonzales yang baru mendapatkan kewarganegaraan Indonesia

Rencananya pada pelatnas tersebut, timnas akan menggelar tiga laga uji coba yakni melawan Filipina (16/11/2010), Hongkong (21/11/2010), dan China Taipe (24/11/2010).

Berikut daftar pemain yang ikut di pelatnas terakhir: Markus Horison (Persib Bandung), Nova Arianto (Persib Bandung), Maman Abdurahman (Persib Bandung), Eka Ramdani (Persib Bandung), Hariono (Persib Bandung), Christian Gonzales (Persib Bandung), Fery Rotinsulu (Sriwijaya FC Palembang), Arif Suyono (Sriwijaya FC Palembang), Firman Utina (Sriwijaya FC Palembang), Oktovianus Maniani (Sriwijaya FC Palembang).

M. Ridwan (Sriwijaya FC Palembang), Kurnia Meiga (Arema Malang), Zulkifli (Arema Malang), Beny Wahyudi (Arema Malang), Ahmad Bustomi (Arema Malang), Yongky Aribowo (Arema Malang), Boas Salossa (Persipura Jayapura), Hamka Hamzah (Persipura Jayapura), Bambang Pamungkas (Persija Jakarta), M. Nasuha (Persija Jakarta), Tony Sucipto (Persija Jakarta), Oktavianus (Persija Jakarta), Slamet Riyardi (Persela Lamongan), Irfan Bachdim (Persema Malang), M. Roby (Persisam Samarinda).

Sabtu, 30 Oktober 2010

persija bantai persib 3-0

Persija Jakarta meraihkan kemenangan gemilang 3-0, saat menjamu Persib Bandung di lanjutan Liga Super Indonesia  Sabtu (30/10). Seluruh gol kemenangan itu tercipta dari trio penyerang Macan Kemayoran Aliyudin, Greg Nwokolo, dan Bambang Pamungkas. Nwokolo menjadi penembus gawang Persib Bandung di menit 52, dilanjutkan oleh Aliyudin di menit 65, dan Bambang di menit ke-77.

Pelatih Persija Jakarta Rahmad Darmawan menilai anak-anak asuhnya bisa menjalankan strategi yang direncanakannya untuk meraup kemenangan pada laga yang dipimpin oleh wasit Jumadi Effendi itu. "Hari ini mereka bermain sama bagusnya di dua babak, namun banyak peluang yang terbuang di babak pertama," kata Rahmad dalam konferensi pers seusai pertandingan. Tim  yang dijuluki Macan Kemayoran itu mengawali permainan dengan penuh percaya diri melalui berbagai serangan untuk  mengobrak-abrik pertahanan Persib Bandung.

Tim Maung Bandung yang dikapteni oleh Maman Abdurahman memang menunjukkan pertahanan yang luar biasa sebelum turun minum.  Maman dan rekan-rekan sukes menahan imbang imbang 0-0 di babak pertama. Pertahanan kuat ini sampai-sampai harus merelakan setiap kesempatan untuk membobol gawang Hendro Kartiko. Pemain tengah dan belakang Persib terlalu berkonsentrasi menjaga  dua striker Persija, Bambang Pamungkas dan Greg Nwokolo.

Penyerang Persib Bandung, Christian Gonzales, juga sempat mendapatkan peluang untuk membobol gawang Macan Kemayoran.  Peluang ini pertama kali datang pada menit pertama, namun termentahkan begitu saja. Beberapa peluang lainnya sempat datang namun, Gonzales justru harus terkena jebakan offside. Bahkan pada menit ke-19, gol yang diciptakan pemain asing  yang menjadi WNI itu dianulir wasit karena offside. Peluang itu datang lagi pada 10 menit menjelang turun minum, tetapi lagi-lagi Gonzales harus terjebak offside.

Di awal babak kedua pun, lagi-lagi Gonzales - yang akan resmi menjadi Warga Negara Indonesia November nanti - terkena  jebakan offside. Permainan Persib seperti semakin berantakan setelah Greg Nwokolo sukses membobol gawang Markus Haris Maulana di menit ke-52. Pelatih Persib Bandung Jovo Cuckovic mengakui kelengahan anak-anak asuhnya di babak kedua.  "Mereka menjadi seperti bermain sendiri-sendiri, tidak bisa bermain cepat, tidak ada komunikasi," katanya.

Laga sebenarnya sempat memanas di babak kedua. Serangan Persija  dari hasil kerja sama Oktavianus dan Bambang Pamungkas di menit 58 bisa dimentahkan oleh Markus dan langsung dibalas pemain tengah Persib Siswanto untuk menembus pertahanan Persija.

Pada menit ke-64 Syamsul Haerudin menendang dari tepi kotak penalti setelah mendapatkan umpan dari oliver Makor, namun  tidak bisa mengeksekusi dengan baik. Untungnya, hanya semenit berselang Persija langsung meninggalkan Persib 2-0 berkat gol dari Aliyudin. Semenjak itu, Persib seperti kehilangan konsentrasi permainannya dan tak mampu lagi memberikan  pertahanan seketat sebelumnya.

Kapten tim Persija Jakarta, Bambang Pamungkas kemudian membawa selisih gol semakin besar setelah menerima umpan dari  Nwokolo di menit ke-77 melewati Nova Arianto dan Maman Abdurachman untuk menembus sudut kiri gawang Markus. Sebetulnya,  ada tiga kesempatan lain yang bisa dimanfaatkan BP untuk menjebol gawang Persib. Namun, konsentrasi lini pertahanan  Persib yang terkonsentrasi padanya cukup menyulitkan. "Ini memang cukup menguntungkan kami ditambah dengan kemampuan  Aliyudin dan Greg (Nwokolo) untuk memanfaatkan kesempatan dengan baik tadi," ujar Rahmad.

Di mata Bambang Pamungkas, mencetak gol sebanyak mungkin bukan lagi menjadi tujuan utamanya. "Saya hanya ingin membawa  tim yang membesarkan nama saya ini bisa kembali merebut gelar juara," katanya. Secara khusus, Bambang Pamungkas menjadikan kemenangan ini sebagai hadiah ulang tahun untuk anaknya Syaura Abana yang hari Sabtu (30/10) ini tepat  bertambah usia menjadi empat tahun.

Sementaram permainan yang cukup keras ditunjukkan pada laga ini. Empat kartu kuning dikeluarkan wasit Jumadi, dua untuk  PErsib dan dua untuk Persija. Nova Arianto dan gelandang Persib Hariono sama-sama diganjar kartu kuning pada babak pertama. Sementara, kartu kuning untuk Persija didapatkan oleh Syamsul Haerudin dan Precious.

Jumat, 22 Oktober 2010

Robot Line Follower

Robot Line Follower


lfr
Line follower robot merupakan robot yang dibuat untuk mengikuti garis hitam. Robot ini menggunakan dua buah motor dc dan mempunyai empat buah sensor infra merah untuk mendeteksi pita hitam. Ketika sensor mendeteksi pita hitam, output dari komparator menjadi low logic sedangkan yang lainnya menjadi high logic. Mikrokontroler AT89C51 dan L293D digunakan untuk mengendalikan arah dan gerakan dari motor. Robot mengubah haluannya dengan cara menghidupkan dan mematikan motornya secara bergantian sampai robot kemabali di garis hitam.
Dalam pembuatan robot ini ditemui masalah pada blok sensor dan Hbridge driver motor. Pada blok sensor, kesalahan terdapat pada pemasangan photodioda, sedangkan pada blok H-bridge driver motor kesalahan terdapat pada motor dc. Pada blok H-bridge ini perlu dilakukan penggantian motor berulang kali untuk mencari motor yang sesuai dengan L293D.
Line follower robot dapat mengikuti garis dengan baik pada sudut tumpul. Pada garis dengan sudut lancip robot tidak dapat mengikuti, kecuali sudut 90 derajat. Robot terkadang dapat mengikuti garis, tergantung dari posisi robot pada saat mendeteksi tikungan.